Yang berwarna tak banyak tau, tetapi angkuh merasa paling tau, sambil sesekali mencari tau. Merasa sedang tersaingi merampas dengan memaksa, akhirnya mengambil alih dengan ke-aku-an. Masing-masing dengan warna yang berbeda, bersengketa menunjukan paling dominan, tanpa kualitas merasa paling benar, akhirnya berakhir menjadi tontonan.
Penonton setia menjadi penikmat, dengan secangkir kopi menahan tawa, merasa lucu sesekali menahan geli, namun akhirnya pecah tanpa bisa menahan. tiba-tiba mereka marah, merasa sedang ditertawakan, tersinggung lalu memaki, lantas dendam ingin membalas, padahal sedang merampas.
Cerita ini semakin seru, dengan tontonan yang semakin aneh. yang seharus marah hanya tertawa, yang seharusnya malu malah marah-marah. Penonton semakin geli, terus tertawa tanpa bisa menahan, akhirnya bingung sendiri menghentikan tawa. Sambil seruput menikmati acara, kemudian berkata, “Dengan ke-aku-an mendominasi, namun merasa benar tanpa kualitas, lalu berseteru saling mengakui, akhirnya mereka saling menyalahkan.”
Di lain waktu ada yang memanas, terbakar tanpa sebab, tiba-tiba ingin menghakimi, merasa berhak atas sengketa. Yang lain-pun tentu tidak mau mengalah, karena merasa punya andil didalamnya, bermacam cara-pun terus dilakukan, meski tanpa ampun saling menjatuhkan. Akhirnya menjadi pertikaian, yang menambah seru tontonan.
Cerita ini sepertinya tanpa akhir, seperti sinetron tukang bubur naik haji, yang menyajikan cerita tanpa arti, tapi menjadi tontonan yang paling dikagumi. Dengan ingin terus menikmati, kembali meneguk secangkir kopi, seraya memanfaatkan sedikit jeda, meregangkan urat tawa yang keseleo akibat terlalu serius tertawa untuk komedi lucu yang tak bermakna.
Sambil menunggu cerita selanjutnya, mari nikmati secangkir kopi, serupuuutt… ☕
0Komentar