PERANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA DI SD INPRES PALAKKA KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU


MASTINAH
NIM : 022909489
Program Studi ilmu Perpustakaan Universitas Terbuka
Email: mastinahmahyuddin@yahoo.com


ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah tentang Peranan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan populasi adalah seluruh siswa SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, pengambilan sampel dilakukan secara rumpun (claster sample) yaitu semua siswa mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel, bukan sebagai individu, akan tetapi sebagai kelompok dalam kelas.Teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder, serta dalam menganalisis data digunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya siswa menyatakan baik/sesuai/sering tentang peranan perpustakaan sekolah di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.  dapat meningkatkan minat baca siswa. Berebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan dan guru seperti menyediakan bahan bacaan yang menarik dan sesuai kurikulum, memberikan tugas setiap kelas untuk membantu petugas perpustakaan untuk menata ruangan perpustakaan, setiap siswa mempunyai jadwal untuk bertugas di perpustakaan, guru dan petugas perpustakaan giat mempromosikan perpustakaan, mengadakan lomba membaca.

Peranan Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa di SD Inpres Palakka Kecamatan Barru


Kata Kunci: Perpustakaan Sekolah, Minat Baca

PENDAHULUAN

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen yang turut menentukan tujuan yang telah ditetapkan di sekolah. Dengan demikian perpustakaan sekolah harus diciptakan sedemikian rupa agar benar-benar berfungsi sebagai penunjang proses belajar mengajar. Perpustakaan sekolah ialah sarana penunjang pendidikan yang bertindak di satu pihak sebagai pelestari ilmu pengetahuan dan di lain pihak juga sebagai sumber bahan pendidikan yang akan diwariskan kepada generasi yang lebih muda. ”Secara nyata perpustakaan sekolah merupakan sarana untuk proses belajar dan mengajar bagi guru maupun bagi murid” Menurut Mudyana dan Royani (dalam Sinaga, 2004 : 16).

Tujuan perpustakaan sekolah adalah pendidikan, artinya tidak saja bertujuan untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan pustaka, tetapi juga sebagai proses belajar mengajar. Perpustakaan sekolah yang telah banyak meningkatkan konsep-konsep kependidikan, merupakan pusat informasi yang dapat membangkitkan minat baca, pusat integrasi kegiatan pendidikan di mana para siswa, guru-guru dan pustakawan dapat bekerja sama dalam memperluas pengetahuan dan pengalaman demi tercapainya tujuan pendidikan. Perpustakaan sekolah memegang peranan yang penting, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Perpustakaan No. 43 tahun 2007 pasal 23 ayat 1 yang berbunyi ”Setiap sekolah/madrasah wajib menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan”.

Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan ketersediaan bahan bacaan yang memadai baik dari segi kuantitas maupun dalam kualitas bacaan Oleh karena itu peran perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca (Darmono, 2004 : 187).  Salah satu langkah yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar yang diharapkan perlu adanya kegiatan membaca. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berfikir psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata lisan. Sebagai proses berfikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus Crawley dan Mountain (dalam Rahim, 2005:2).

Pembinaan minat baca pada hakikatnya salah satu usaha untuk memperbaiki proses belajar mengajar di sekolah yang menaunginya. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya perpustakaan sekolah diharapkan siswa secara lambat laun memiliki kesenangan membaca. Mengingat minat baca siswa masih sangat rendah dan belum berkembang dengan sepenuhnya. Sebab dengan membaca berarti dapat menambah pengetahuan, menambah ide-ide baru dan memperluas pandangan

Untuk membina dan mengembangkan minat baca tidak bisa terlepas dari pembinaan kemampuan membaca. Pembinaan ini dapat berupa pemberian pelayanan yang ada di perpustakaan sekolah. Semakin baik pelayanan perpustakaan di sekolah, maka minat baca akan semakin meningkat. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai pusat edukasi, berarti perpustakaan sekolah berfungsi sebagai guru atau sebagai pusat belajar mengajar yang menyajikan kebutuhan para siswa. Di perpustakaan sekolah harus tersedia bahan pelajaran yang dituntut keberadaannya oleh kurikulum.

Ternyata dengan adanya fasilitas perpustakaan di SD Inpres Palakka Kecamatan, Kabupaten Barru, perpustakaan tersebut ramai dikunjungi oleh siswa. Hal ini terlihat dari statistik pengunjung perbulan sebanyak 50 orang. Masalah mengenai minat baca dikalangan siswa bukan merupakan hal baru yang dibahas berbagai kalangan.

Jadi, penulis menilai bahwa usaha untuk mensosialisasikan peranan perpustakaan dalam meningkatkan minat baca dikalangan siswa di SD Inpres Palakka, Kecamatan, Kabupaten Barru, sesuai dengan asumsi dasar bahwa membaca adalah kegiatan penting, belum mampu dilaksanakan secara maksimal oleh siswa SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka penulis mencoba menyusun sebuah Karya Ilmiah dengan Judul : “Peranan Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru“. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan perpustakaan sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa-siswi di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Tujuannya adalah untuk mengetahui peranan perpustakaan sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa-siswi di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang peranan perpustakaan sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa-siswi di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa yang ada di sekolah SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru sebanyak 87 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara rumpun (claster sample) yaitu semua siswa mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel bukan sebagai individu, akan tetapi sebagai kelompok dalam kelas. Menurut Sumadi Suryabrata (2011:36) mengatakan bahwa penelitian murid-murid sekolah biasanya menggunakan teknik pengambilan sampel secara rumpun (claster sampel), dimana siswa mendapat peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secara individu, melainkan secara kelompok. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1) data primer, yakni teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi secara langsung hal yang terjadi di lapangan. Menurut Sugiono (2009:125) mengatakan bahwa tahapan analisis data kualitatif terdiri dari tahapan penjelajahan yakni memilih situasi sosial, serta wawancara kepada informan; 2) data sekunder, yakni teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan sumber-sumber informasi ilmiah yang berkaitan dengan materi penelitian berupa buku-buku, karya ilmiah, dan berbagai literatur lainnya sebagai bahan referensi penulis. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti memberikan gambaran bahwa peranan perpustakaan sekolah terhadap peningkatan minat baca siswa-siswi di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru dengan menggunakan beberapa indikator yang diukur dalam menjawab permasalahan yang diajukan oleh peneliti. Adapun indikator tersebut antara lain : (1) Koleksi menarik dibaca, sesuai kurikulum (2) memberikan kemudahan dalam mendapatkan bahan bacaan; (3) memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada siswa; (4) pengelolaan perpustakaan yang baik; (5) melakukan promosi dan pembinaan minat baca. Masing-masing indikator diukur dengan menggunakan skala pengukuran (sangat baik/menarik, baik/menarik, kurang baik/menarik, tidak baik/menarik).

Indikator Pertama, Koleksi menarik, sesuai kurikulum adalah perpustakaan sebagai pusat informasi dan sarana belajar mengajar di sekolah menyediakan bahan bacaan yang berkualitas dan menarik dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, seperti buku-buku pengetahuan umum, buku paket pelajaran, buku fiksi, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Dari hasil penelitian menggambarkan bahwa koleksi yang ada di perpustakaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru pada umumnya siswa-siswi yaitu kelas 6 dan 5 menyatakan menarik dan baik. Dari hasil observasi dan wawacanra langsung dengan siswa dapat diketahui bahwa buku-buku atau non buku bahan bacaan yang ada di perpustakaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru menarik, sesuai kurikulum dan dapt dijadikan sebagai bahan rujukan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru seperti buku-buku cerita atau fiksi, majalah, dam materi pelajaran masih baru-baru, sedangkan siswa-siswi kelas 4 dan 3 menyatakan kurang menarik. Menurut siswa-siswi tersebut, bahwa buku yang ada di perpustakaan masih kurang, buku-buku fiksi terbatas, kemudian tidak sesuai seleranya, hanya materi pelajaran yang banyak.  Hal ini dapat dilihat dari data statistik pemgunjung yang meminjam buku dan peminat setiap buku bahan bacaan yang ada rata-rata peminjam dalam perbulan sebesar 40 orang.

Hasil wawancara peneliti dengan kelompok siswa-siswi kelas 3,4,5,6 tentang Koleksi menarik, sesuai kurikulum yang ada di perpustakaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru ada dua tanggapan yakni kelompok kelas 5 dan 6 memberikan tanggapan sebagai berikut:
“Tanggapan kelas 5 dan 6 menyatakan koleksi yang ada di perpustakaan seperti buku-buku paket pelajaran, buku-buku umum, buku fiksi, majalah, dan surat kabar menarik dan sesuai dengan kurikulum, karena koleksi tersebut sangat membantu dalam menambah ilmu pengetahuan yang tidak didapatkan dalam bangku sekolah pada saat guru mengajar. Sedangkan tanggapan kelompok kelas 3 dan 4 yakni bahan bacaan yang ada di perpustakaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru kurang menarik, karena bahan bacaan yang ada kebanyakan buku-buku paket pelajaran, buku-buku umum isinya masih susah dipahami, buku fiksi terbatas, majalah masih kurang, dan surat kabar terbatas atau hanya dibaca oleh kalangan guru” (Hasil wawancara tanggal …Maret 2016)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapat masing-masing kelompok kelas berbeda, ada yang menarik atau sesuai dan kurang menarik atau tidak sesuai tentang peranan perpustakaan dalam hal koleksi atau buku-buku yang ada di perpustakaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Hal ini disebabkan karena kondisi koleksi yang ada belum dapat memenuhi secara keseluruhan kebutuhan siswa yang ada, hal ini dapat dilihat dari daftar statistik jumlah buku keseluruhan yaitu 950 eksamplar, keterbatasan dana pembelian bahan pustaka di perpustakaan sekolah, sehingga tidak mampu menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi yang ada di sekolah tersebut.

Koleksi atau bahan bacaan adalah inti sebuah perpustakaan dan menentukan keberhasilan layanan. Bukanlah  perpustakaan namanya bila tidak memiliki koleksi. Koleksi bukan dilihat dari jumlah eksemplarnya saja, tetapi lebih kepada kualitas isi, jumlah judul, dan kemutakhirannya (up to date). Indicator ukuran baik dan buruknya sebuah perpustakaan sangat ditentukan oleh koleksi. Koleksi merupakan faktor yang penting dalam perpustakaan. Penyediaan bacaan-bacaan di perpustakaan seringkali kurang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Sehingga banyak dijumpai bacaan-bacaan yang tersedia di perpustakaan kurang diminati oleh masyarakat pembacanya karena ragam, jenis, jumlah dan mutunya kurang. Seandainya ada yang sesuai minat terkadang jumlahnya kurang mencukupi kebutuhan. (Ratnaningsih, 1998 : 296-297). 

Koleksi menjadi salah satu elemen penting dalam eksistensi sebuah perpustakaan. Koleksi dapat menjadi motivator pagi pemustaka untuk datang ke perpustakaan. Kualitas koleksi menjadi salah faktor penentu apakah perpustakaan akan diakses oleh banyak pemustaka atau tidak. Untuk dapat melakukan pembinaan minat baca masyarakat dan mampu memenuhi kebutuhan informasi pemustaka sangat tergantung dari eksistensi koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Tanpa keberadaan koleksi perpustakaan tidak akan diakses oleh pemustaka sehingga perpustakaan tidak akan mampu mencapai tujuannya secara maksimal.

Indikator kedua, memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada siswa adalah siswa dalam memanfaatkan perpustakaan tidak ada pembatasan oleh petugas perpustakaan maupun guru. Siswa SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru dapat memanfaatkan perpustakaan secara maksimal pada jam sekolah, dan diberi waktu luang setiap harinya untuk datang membaca ke perpustakaan. 

Hasil penelitian menggambarkan bahwa kebebasan membaca secara leluasa kepada siswa serta kebebasan memanfaatkan perpustakaan secara maksimal setiap hari, rata-rata kelompok (kelas 3,4,5, dan 6) siswa menyatakan bebas datang ke perpustakaan membaca serta meminjam buku-buku yang ada di perpustakaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung dengan siswa dan guru ternyata diketahui bahwa siswa diberi kebebasan dan diberi waktu luang untuk datang ke perpustakaan membaca atau meminjam buku, bahkan setiap guru setelah jam pelajaran atau jam istirahat guru mengarahkan siswa-siswinya untuk memanfaatkan perpustakaan.

Hasil wawancara peneliti dengan kelompok siswa tentang kebebasan membaca secara leluasa kepada siswa adalah siswa dalam memanfaatkan perpustakaan tidak ada pembatasan oleh petugas perpustakaan maupun guru. Siswa SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Menurut siswa tersebut bahwa:  
“Kami diberikan kebebasan untuk datang membaca, meminjam buku, mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah sama petugas perpustakaan dan guru. Setiap harinya kami masuk ke perpustakaan, karena jam istirahat kami diarahkan untuk datang ke perpustakaan, sehingga minat baca kami ada. Dan dari perpustakaan kami bisa melatih diri membaca dan menambah ilmu pengetahuan yang tidak didapatkan diruang kelas. (Hasil wawancara tanggal …Maret 2016).

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan pengelola perpustakaan SD Inpres Palakka Kecamatan Barru Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:
“Kami memberikan kebebasan kepada siswa pada jam istirahat, bahkan ada hari yang ditentukan oleh setiap guru untuk datang ke perpustakaan membaca dan menggunakan absensi dan wajib untuk mengikuti, kami bekerjasama petugas perpustakaan mengatur jadwal yang resmi kepada siswa untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal. Kemudian setiap tugas yang kami berikan kepada siswa diarahkan untuk dikerjakan di perpustakaan”. (Hasil wawancara tanggal…Maret 2016)

Membaca merupakan suatu proses menangkap/memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterprestasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang dan merefleksikan atau sebagai mana yang dimaksud dari konsep-konsep itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca tidak hanya mengoperasikan berbagai keterampilan untuk memahami kata-kata dan kalimat, tetapi juga menginterpretasi, mengevaluasi sehingga memperoleh pemahaman yang komprehensif Bond dan Magner (dalam Bafadal, 2006 : 193). 

Membaca adalah salah satu jalan yang penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada zaman sekarang sudah banyak bahan bacaan yang bermanfaat bagi pengembangan kehidupan. Pada gilirannya minat baca seseorang akan sangat berpengaruh terhadap minat belajarnya. Pembinaan minat baca pada hakikatnya salah satu usaha untuk memperbaiki proses belajar mengajar di sekolah yang menaunginya. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya perpustakaan sekolah diharapkan siswa secara lambat laun memiliki kesenangan membaca. Mengingat minat baca siswa masih sangat rendah dan belum berkembang dengan sepenuhnya. Sebab dengan membaca berarti dapat menambah pengetahuan, menambah ide-ide baru dan memperluas pandangan. Pengembangan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan, penyempurnaan dan peningkatan. Untuk membina dan mengembangkan minat baca tidak bisa terlepas dari pembinaan kemampuan membaca. Pembinaan ini dapat berupa pemberian pelayanan yang ada di perpustakaan sekolah. Semakin baik pelayanan perpustakaan di sekolah, maka minat baca akan semakin meningkat.

Indikator ketiga, pengelolaan perpustakaan yang baik adalah perpustakaan perlu dikelola dengan baik sesuai dengan prinsip- prinsip manajemen agar tujuan dan fungsi perpustakaan dapat tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Salah tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai salah satu pusat edukasi yaitu berfungsi sebagai guru atau sebagai pusat belajar mengajar yang menyajikan kebutuhan para siswa. Pengelolaan perpustakaan yang baik tentu sangat mempengaruhi daya minat baca siswa, karena perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang mampu menyiapkan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan siswanya, mampu memberikan layanan yang baik kepada pemustakanya.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa rata-rata kelompok siswa ( kelas 3,4,5, dan 6) memberikan tanggapan bahwa pengelolaan perpustakaan di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru termasuk kategori baik. Setelah hasil observasi dan wawancara dari berbagai informan memberikan penjelasan bahwa pengelolaan perpustakaan sekolah baik dari segi koleksi, pengolohan, layanan yang ada di perpustakaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru termasuk baik. Namun masih menggunakan sistem pengelolaan perpustakaan yang sederhana, dan belum semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar pengelolaan perpustakaan sekolah yang baik. Hal ini dapat dilihat sistem pengolahan bahan pustaka belum menggunakan sistem DDC, tapi masih menggunakan cara sendiri, susunan buku di rak sudah rapi, tetapi belum dipisah sesuai klasternya, katalog belum ada, hanya menggunakan buku inventaris, siswa langsung mencari buku yang dibutuhkan di rak. Kelemahannya buku sering ditemukan terbongkar di rak.

Hasil wawancara peneliti dengan kelompok siswa tentang pengelolaan perpustakaan yang baik di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Menurut siswa tersebut bahwa:  
“Koleksi yang ada di perpustakaan sudah lumayan, seperti buku paket sesuai dengan semua kebutuhan siswa, buku-buku umum masih kurang, fiksi masih terbatas, atlas terbatas, majalah masih kurang, dan lain-lain. Susunan buku di rak sudah rapi, mudah ditemukan apabila mencari buku di rak, mudah meminjam, petugasnya ramah dan membantu dalam mencari informasi, ruangan dan tempat membaca bersih, dan lain-lain”. (Hasil wawancara tanggal …Maret 2016)

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan pengelola perpustakaan SD Inpres Palakka Kecamatan Barru Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:
“Pengelolaan perpustakaan di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru sudah tergolong baik, susunan buku di rak rapi, semua koleksi sudah diberi kode punggung buku, mudah ditemukan kalau dicari kembali, petugas perpustakaan baik, selalu membantu kalau kita mencari buku-buku yang dibutuhkan, kemudian memberikan kesempatan setiap siswa dalam meminjam buku. (Hasil wawancara tanggal….Maret 2016) 

Perpustakaan perlu dikelola dengan baik sesuai dengan prinsip- prinsip manajemen agar tujuan dan fungsi perpustakaan dapat tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Hakekat manajemen secara sederhana pada dasarnya adalah proses mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini tentunya tujuan organisasi harus terlebih dahulu didefinisikan secara jelas. Pendefinisian secara operasional dari manajemen dapat dilakukan dalam bentuk program yang akan dilaksanakan beserta sasaran yang konkrit dan operasional, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan maka kegiatan manajemen di perpustakaan secara garis besar dapat dilaksanakan berdasarkan fungi- fungsi manajemen pada umumnya. Terry mengelompokkan fungsi manajemen dalam beberapa aspek seperti planning, organizing, actuating and controlling, sedangkan menurut Henry Fayol fungsi manajemen yaitu planning, organizing, commanding, coordinating, controlling (Darmono, 2001: 15). 

Pengelolaan koleksi sesuai dengan sistem pengelolaan koleksi perpustakaan yang baku,  yakni penyimpanan koleksi sesuai dengan kelasnya yang benar dan rapi agar mudah ditemukan ketika dibutuhkan belum terlaksana dengan baik. Peran perpustakaan Sekolah Dasar Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru ditunjang dengan staf perpustakaan yang profesional, yaitu mereka yang memahami pengelolaan perpustakaan yang sesuai dengan standar. Staf yang perofesional harus memahami bagaimana membantu para pengguna perpustakaan yang mencari sumber informasi agar mereka dapat menemukan informasi yang dibutuhkannya dengan cepat dan tepat. Hal ini sangat penting terutama di perpustakaan sekolah, dimana para siswa merupakan pengguna perpustakaan yang masih harus mendapat bimbingan dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan. Dengan demikian staf di perpustakaan sekolah dasar tidak hanya memahami pengelolaan perpustakaan, tetapi juga mampu berperan sebagai guru pendamping yang akan membantu siswa dalam memanfaatkan perpustakaan, sehingga dikenal istilah guru pustakawan (teacher librarian). Staf perpustakaan merupakan kunci untuk keberhasilan layanan perpustakaan, karena keramahan dan keterampilan staf ketika berkomunikasi dan memberikan bantuan kepada pengguna (siswa/murid) akan menciptakan kesan yang positif tentang perpustakaan tersebut.

Indikator kelima, melakukan promosi dan pembinaan minat baca yaitu motivasi yang diberika oleh perpustakaan terhadap peserta didik bekerjasama dengan guru dan pustakawan yang ada di lingkungan sekolah tersebut. Promosi merupakan kegiatan penting pada suatu organisasi, apalagi untuk organisasi yang bergerak di bergerak di bidang usaha dan jasa. Produk atau jasa yang dihasilkan tidak ada gunanya jika tidak diketahui atau dimanfaatkan oleh konsumen. Pembinaan minat baca adalah perpustakaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca. Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan tersedianya bahan bacaan yang memadai baik dalam jumlah maupun dalam kualitas bacaan. Kedua indikator ini sangat ereat hubungan yaitu dengan melalui berbagai promosi, perpustakaan dapat melakukan pembinaan minat baca sehingga siswa yang ada di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru meningkat daya minat bacanya.

Hasil penelitian menggambarkan pada umumnya kelompok siswa (kelas 4,5,6) menyatakan promosi dan pembinaan minat baca di perpustkaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru sering dilakukan, sedangkan masih ada kelompok kelas 3 menyatakan cukup sering dilaksanakan.  Dari hasil observasi dan wawancara terhadap informan yang ada memberikan penjelasan bahwa berbagai kegiatan promosi dan pembinaan minat baca yang dilakukan oleh perpustakaan di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Kegiatan promosi ini biasanya dilaksanakan setiap semester yaitu setelah siswa selesai ujian semester atau ulangan. Kemudian pembinaan minat baca, biasanya setiap minggu diwajibkan siswa-siswi datang ke perpustakaan dengan menggunakan jadwal yang telah ditentukan oleh guru bekerjasama dengan petugas perpustakaan, dan siswa diabsen.

Hasil wawancara peneliti dengan kelompok siswa tentang melakukan promosi dan pembinaan minat baca di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Menurut siswa kelompok kelas 4,5,6 tersebut bahwa:  
“Promosi dan pembinaan minat baca di perpustakaan sering dilaksanakan, seperti pameran buku, penataan ruangan perpustakaan, pembuatan poster-poster mengenai perpustakaan, dan lain-lain, sedangkan pembinaan minat baca yang dilakukan perpustakaan seperti lomba membaca dan diberika hadiah berupa buku dan alat tulis bagi yang juara, tugas yang diberikan oleh guru-guru di kelas diwajibkan dikerja di perpustakaan. (Hasil wawancara tanggal ….Maret 2016)

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan pengelola perpustakaan SD Inpres Palakka Kecamatan Barru Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:
“Kegiatan-kegiatan promosi dan pembinaan minat baca siswa dalam meningkatkan minat baca siswa seperti mengadakan pameran buku, pembuatan poster-poster, melakukan pembersihan dan penataan ruangan kerjasama dengan petugas perpustakaan, mengikutsertakan mahasiswa bertugas di perpustakaan dengan bergantian waktu dengan jadwal yang sudah ditentukan, loma membaca setiap 1 kali satu tahun sesuai dengan program pemerintah”. (Hasil wawancara tanggal …Maret 2016)

Tujuan promosi perpustakaan adalah untuk menggairahkan minat baca. Jadi, promosi perpustakaan berkaitan erat dengan minat baca. Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki minat membaca yang tinggi senantiasa mengisi waktu luang dengan membaca. Orang yang demikian senantiasa haus akan bahan bacaan. Keinginan membaca sangat berpengaruh terhadap keterampilan membaca. Tujuan umum orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi baru. Pada kenyataannya ada tujuan yang lebih khusus dalam kegiatan membaca.

Guru memegang peranan penting dalam menggairahkan minat baca anak didik. Guru sebagai contoh yang diidolakan anak-anak akan sangat efektif mengajak anak anak ke perpustakaan sekolah. Caranya yaitu guru-guru berkunjung dan membaca ke perpustakaan sekolah, dengan demikian anak-anak akan melihat dan meniru kegiatan guru idolanya sehingga mereka juga akan berkunjung dan membaca.

Berdasarkan uraian diatas, kelima indikator tersebut yaitu koleksi menarik dibaca, sesuai kurikulum, memberikan kemudahan dalam mendapatkan bahan bacaan, memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada siswa, pengelolaan perpustakaan yang baik, melakukan promosi dan pembinaan minat baca dari peranan perpustakaan sekolah terhadap peningkatan minat baca siswa di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru pada umumnya siswa dan informan lainnya menyatakan baik, adapun sekelompok siswa menyatakan kurang baik yaitu kelas 3 dari salah satu indikator. Hal ini disebabkan siswa tersebut masih kelas tiga belum terlalu memahami tentang pentingnya perpustakaan dalam meningkatkan minat baca.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Pada umumnya siswa dan informan lainnya di SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru menyatakan bahwa ke lima indikator peranan perpustakaan sekolah dapat meningkatkan minat baca siswa di SD Inpres Palakka, Kecamatan barru, Kabupaten Barru menyatakan baik/sesuai/sering, dan hanya sedikit siswa yaitu kelompok kelas 3 yang menyatakan kurang baik/sesuai/sering. (2) Berbagai kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan dan guru seperti menyediakan bahan bacaan yang menarik dan sesuai kurikulum, memberikan tugas setiap kelas untuk membantu petugas perpustakaan untuk menata ruangan perpustakaan, setiap siswa mempunyai jadwal untuk bertugas di perpustakaan, guru dan petugas perpustakaan giat mempromosikan perpustakaan, mengadakan lomba membaca.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan bahwa : (1) Khusus kelompok kelas 3 yang masih kurang memahami pentingnya memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk mengembangkan minat baca siswa, perlu diberi pemahaman oleh guru pada saat jam pelajaran, kemudian petugas perpustakaan giat selalu melakukan promosi dari kelas ke kelas tanpa kecuali. (2) Untuk meningkatkan minat baca siswa, seharusnya perpustakaan membenahi dan mengelola perpustakaan dengan baik, mulai dari pengadaan koleksi, pengolahan, dan pelayanannya. (3) Untuk pustakawan dan pengambil kebijakan di perpustakaan SD Inpres Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru seharusnya koleksinya dikembangkan dan perlu disisihkan dana pengadaan buku.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Bafadal, Ibrahim. (2006). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Darmono. (2001). Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kemdikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. 
               Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rachman Hermawan. (2006).  Etika Kepustakawanan. Jakarta : Sagung Seto.

Rahayuningsih, F. (2007). Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rahim, Farida. (2005). Pengajaran Membaca Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi 
               Aksara.

Rohmah, Nur. (2004). Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan 
               Minat Baca Siswa kelas I di SMU I MAN Bangkalan. Skripsi S-I KTP 
               yang tidak di publikasikan. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Sinaga, Dian. (2004). Perpustakaan Sekolah Peranannya dalam Proses Belajar 
               Mengajar. Jakarta : Kreasi Media Utama.