Pemuda itu memohon kepada Hujja tulislam Sayyid Yunus Ardebili untuk menulis surat kepada penjaga makam agar dia diijinkan menggali kubur.
Sayyid Yunus Ardebili berkata, "Galilah bagian kubur yang engkau yakini bahwa di dalamnya terdapat dokumen penting!"
Kemudian beliau menulis surat ijin dan diserahkan kepada pemuda itu. Selang beberapa hari, aku melihat lagi pemuda itu di rumah Agha Ardebili. Agha Ardebili bertanya kepadanya, "Sudahkah engkau lakukan pekerjaanmu dan mendapatkan apa yang engkau cari?"
Pemuda itu nampak gundah dan gelisah. Dia pun terdiam tanpa memberikan jawaban. Setelah ditanya dua kali, akhirnya dia bercerita, "Ketika aku menggali kubur ibuku, aku melihat ular hitam menyeramkan melilit di leher ibuku. Ular itu memasukkan mulutnya kedalam mulut ibuku dan berkali-kali mematuknya. Aku sangat takut melihat pemandangan mengerikan itu. Lalu, cepat-cepat aku timbun kubur dengan tanah."
Agha Ardebili bertanya kepadanya, "Apakah ibumu melakukan perbuatan keji?"
Pemuda itu menjawab, "Aku tidak ingat. Akan tetapi, ayahku selalu mengutuknya. Sebab, ibuku tidak dapat menjaga diri dari menjalin hubungan dengan pria yang bukan muhrim. Ibuku terbiasa berbicara dengan pria asing, tidak mengenakan jilbab dan tidak pula menjalankan aturan agama Islam. Dia senang bercanda dan tertawa dengan pria asing. Oleh karenanya, dia tersiksa di alam kubur.
0Komentar