Meraih Kebaikan Dunia dan Segala Isinya

Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dua rakaat shalat sunnah fajar, lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” (HR. Muslim, Turmudzi, Nasa'i & Ahmad)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantaranya adalah sebagai berikut :
Meraih Kebaikan Dunia dan Segala Isinya
1. Bahwa seorang muslim seyogianya adalah seseorang yang memiliki visi jangka panjang, yaitu visi ukhrawi (baca ; visi untuk kehidupan akhiratnya kelak). Sehingga dari visi seperti ini, ia akan memiliki orientasi bahwa kebaikan dalam pandangannya adalah kebaikan yang berdimensi pada kebaikan akhirat, bukan hanya kebaikan yang berdimensi untuk benefit duniawi semata. Karena orang yang memiliki orientasi kehidupan dunia, ia hanya akan mendapatkan dunia saja dan ia tidak akan mendapatkan apapun di akhirat kelak. Sebaliknya, seseorang yang memiliki visi akhirat yang mencari keridhaan Allah SWT, maka ia akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman :

"Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja, (maka ia merugi), karena di sisi Allah lah
pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Melihat lagi Maha Mendengar.” (QS. An-Nisa' : 134)


2. Kendatipun dunia memiliki keindahan yang mempesona, yang terkadang membuat banyak orang terperdaya, namun ternyata ada hal yang jauh lebih baik di bandingkan dengan keindahan dunia yang mempesona dengan segala isinya. Namun justru seringkali kebaikan yang lebih baik daripada dunia ini diabaikan oleh banyak orang. Karena memang kebaikan ini adalah kebaikan yang tidak tampak oleh kasat mata dan tidak teraba oleh indra manusia di dunia. Ia hanya diyakini oleh mereka mereka yang memiliki keimanan yang kokoh kepada Allah SWT. Dalam riwayat lainnya
Rasulullah SAW bersabda :


Dari Mustaurid bin Syadad, ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah dunia ini dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti jari yang dicelupkan salah seorang diantara kalian ke dalam air laut, lalu ditarik kembali jari tersebut. Lihatlah, betapa sedikit air yang menempel di jari itu” (HR Muslim)

3. Bahwa kebaikan yang lebih mulia dibandingkan dengan dunia dengan segala isinya, ternyata adalah sesuatu yang ringan untuk dilakukan, yaitu shalat sunnah dua rakaat sebelum fajar, atau sering disebut dengan sunnatul fajr. Shalat sunnah ini merupakan shalat sunnah ringan dikerjakan, karena bacaan yang digunakan dalam shalat sunnah ini adalah bacaan ringan, jumlah rakaatnya pun juga ringan, hanya dua rakaat yang dilakukan sebelum shalat subuh (qabliyah subuh).

4. Meskipun ringan untuk dikerjakan, ternyata bobot kebaikan sunnah fajar melebihi kebaikan dunia dengan segala isinya. Dan demikian tingginya nilai shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh ini, hingga Rasulullah SAW sangat komitmen untuk melaksanakannya dan tidak pernah meninggalkannya sepanjang hidup beliau. Dalam sebuah riwayat disebutkan :

Dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah SAW tidak pernah mengerjakan shalat-shalat sunnah, serajin ketika beliau mengerjakan shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh.” (HR. Muslim)


5. Demikian ringannya shalat sunnah fajar ini, hingga Rasulullah SAW mengerjakannya dengan cepat dan surat yang dibacapun adalah surat-surat yang ringan. Shalat inipun disunnahkan untuk dikerjakan di rumah. Dikatakan oleh Hafsah ra dalam sebuah riwayat, 'Bahwa Rasulullah SAW mengerjakan shalat dua rakaat fajar sebelum subuh di rumahku dan beliau melaksanakannya dengan cepat sekali.' Nafi' berkata, 'Abdullah bin Umar ra juga melakukannya dengan cepat.' (HR. Bukhari, Muslim & Ahmad). Jumlah rakaatnya hanya dua rakaat, dan disunnahkan untuk membaca Surat Al-Kafirun (setelah al-Fathihah) pada rakaat pertama, dan surat Al-Ikhlas (setelah al-
Fatihah) pada rakaat kedua :


Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah SAW membaca dalam dua rakaat sunnah fajar surat al- Kafirun dan surat al-Ikhlas. Beliau membacanya dengan sir (suara dipelankan). (HR. Ahmad)


6. Pada dasarnya setelah melaksanakan shalat sunnah fajar, tidak ada doa khusus yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Namun dalam kitab fiqh sunnah dijelaskan bahwa Ibnus Sunni dari Abul Malih (Amir bin Usamah) dari ayahnya bahwa ia mengerjakan shalat sunnah fajar berdekatan dengan Rasulullah SAW. Ia mendengar Rasulullah SAW membaca bacaan sambli duduk setelah selesai mengerajakan sunnah fajar dengan doa :


Ya Allah, Tuhan Jiebril, Israfil, Mikail dan Muhammad SAW, aku mohon perlindungan-Mu dari siksa api neraka” (tiga kali).


7. Shalat sunnah fajar boleh diqadha'nya pelaksanaanya ke waktu ba'da subuh. Sunnah Fajar dapat dilaksanakan setelah shalat subuh, atau bahkan setelah matahari terbit. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Dari Qais bin Umar ra, bahwa ia keliuar untuk melaksanakan shalat subuh dan di Masjid ia mendapatkan Rasulullah SAW sedang melaksanakan shalat subuh, sedang ia sendiri belum mengerjakan dua rakaat suunah fajar. Ia pun langsung mengerjakan shalat subuh bersama Rasulullah SAW. Kemudian setelah selesai, ia berdiri lagi dan mengerjakan shalat sunnah fajar dua rakaat. Rasulullah SAW pun berjalan mendekatinya dan bertanya, 'Shalat apakah yang dilakukannya tadi?' Ia menjawab, 'Mengqadha' shalat sunnah fajar.' Rasulullah SAW diam saja dan tidak memberikan teguran sesuatu pun.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah & Ibnu Hibban).


Namun hendaknya untuk mengqadha'nya perlu memperhatikan kondisi masjid atau masyarakat setempat, agar tidak menimbulkan fitnah. Mengerjakannya di rumah setelah shalat subuh berjamaah di Masjid, merupakan alternatif yang cukup bijak.

8. Hendaknya setiap muslim berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid, yang didahului sebelumnya dengan melaksanakan sunnah fajar. Karena dalam shalat sunnah yang ringan ini ternyata memiliki kebaikan yang jauh lebih bernilai dari dunia dan segala isinya. Ditambah lagi bahwa waktu subuh merupakan waktu yang sangat krusial dalam kehipuan insan. Dan akan sangat merugilah mereka-mereka yang terlalaikan dengan waktu subuh ini:


Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Bergantian kepada kalian malaikat di malam hari dengan malaikat di siang hari. Mereka bertemu pada waktu shalat subuh dan shalat ashar, kemudian mereka naik kepada Allah SWT. Lalu Allah SWT bertanya kepada mereka, sedang Ia lebih mengetahui kondisi hamba-hamba-Nya, 'Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku? Malaikat menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam kondisi sedang shalat dan kami datangi mereka juga dalam kondisi sedang shalat.”